MAJALAH ICT – Jakarta. Pembuat smartphone Xiaomi Cina bergeser dari model penjualan berbasis secara online dan berencana untuk melipatgandakan jumlah handset yang dijual secara offline di China tahun ini.
Perusahaan, yang sampai saat ini merupakan yang paling menonjol sebagai bintang yang bersinar dalam penjualan, mengatakan akan memperluas penjualan melalui pengecer dan meningkatkan jumlah toko Mi Home menjadi 50 dari saat ini ada sekitar 20, demikian Reuters melaporkan.
Langkah ini dilakukan setelah vendor tersebut dilaporkan meleset dari target 2015 dengan pengiriman 70 juta perangkat tahun lalu. Hal ini jika dibandingkan dengan 61 juta pada tahun 2014, menunjukkan pertumbuhan yang melambat secara signifikan. Padahal, Xiaomi menargetkan penjualan 100 juta unit, yang kemudian direvisi menjadi 80 juta, namun tetap saja tidak dapat mencapai target yang telah direvisi tersebut.
Memang diakui, perusahaan ini dalam lima tahun berhasil pindah ke posisi keempat dari peringkat keenam dalam peringkat smartphone global tahun lalu dan merupakan produsen terbesar kedua di China. Dengan mayoritas penjualan dilakukan di pasar dalam negeri, telah dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi China dan perlambatan pertumbuhan smartphone.
Sebuah sumber mengatakan, situs Mi.com masih akan menjadi penjualan inti bisnis, tetapi telah menetapkan target penjualan 58 juta smartphone di Cina melalui pengecer. Strategi online disalin secara luas oleh sejumlah pembuat di China dan India selama beberapa tahun terakhir.