MAJALAH ICT – Jakarta. Kekhawatiran tentang privasi data akan memberi dampak pada solusi perangkat lunak pada tahun 2021, dan berikut ini adalah alasan mengapa kalangan bisnis harus memprioritaskan privasi data baik pada platform mereka sendiri maupun pada solusi yang dikelola oleh vendor.
Regulasi Privasi Sedang Naik Daun di Level Global
Melanjutkan disahkannya General Data Protection Regulation (GDPR) di Uni Eropa, kami melihat versi dari Personal Data Protection Act (PDPA) mulai ditegakkan di Singapura, Malaysia dan Thailand, sementara di Indonesia dan Filipina, data pribadi secara keseluruhan diatur dalam berbagai undang-undang data pribadi dan privasi. Regulasi privasi benar-benar menjadi perhatian. Para pengembang aplikasi tak hanya wajib memperhatikan privasi pengguna aplikasi mereka, namun juga perlu memperhatikan kebijakan privasi dari layanan yang mereka integrasikan untuk berbagi informasi. Apple mengeluarkan fitur privasi baru iOS 14 untuk iPhone dan iPad di awal tahun 2021 yang mengharuskan pengembang meminta izin pengguna untuk menelusuri dan mengumpulkan data mereka di website dan aplikasi ponsel. Regulasi yang meningkat akan mengubah tipe aplikasi yang akan mereka kembangkan di tahun berikutnya.
Selain itu, bekerja dari jarak jauh meningkatkan risiko privasi dan keamanan data, terutama di industri yang diatur dengan ketat. Kendali akses data dan bentuk autentikasi akan memainkan peranan penting dalam mengurangi dampak risikonya.
Meningkatnya Kesadaran Konsumen akan Praktek Pemantauan
Bagi banyak perusahaan teknologi, data pengguna adalah kunci dari pendapatan mereka. Ini juga berlaku pada perusahaan yang menawarkan produk mereka secara “gratis”. Gratis tidak selalu berarti tanpa imbalan – setidaknya tidak demikian secara daring – sejak perusahaan benar-benar bergantung pada pendapatan iklan untuk mendorong keuntungan. Kini semakin banyak konsumen yang meneliti kebijakan cookie pada website. Peramban penelusur usulan Google, yang dikenal sebagai Federated Learning of Cohorts (FLoC) diperkenalkan karena semakin banyak konsumen yang menolak cookies.
Turunan dari Aksi Bisnis Mulai Menciptakan Masalah Privasi
Mungkin Anda pernah mendengar istilah: “Kalau Anda tidak membayar, maka Anda adalah produknya.” Bisnis yang digerakkan oleh model iklan daring telah memperluas istilah ini lebih jauh lagi: “Kalau Anda tidak membayar, Anda, teman Anda, dan keluarga Anda adalah produknya.” Banyak perusahaan teknologi terkemuka terus menerus memonitor aksi, klik, dan pembicaraan pengguna mereka dengan motif utama mendapatkan kebiasaan dan ketertarikan mereka. Data ini dimasukkan ke dalam “Segmen pasar yang dapat ditindaklanjuti”, dikemas, dan dijual kepada pengiklan yang membayar dengan harga tertinggi, kemudian mereka dapat menargetkan pesan kepada konsumen yang berpotensi membeli. Melacak pengguna untuk melayani keperluan iklan telah berubah menjadi pengawasan berkelanjutan, istilah yang kami gunakan di Zoho ketika perusahaan mengumpulkan data tanpa sepengetahuan konsumen. Tren ini dimulai pada layanan B2C, dan semakin mengkhawatirkan setelah masukke dunia B2B, terutama mengingat betapa pentingnya solusi ‘SaaS’ untuk bekerja jarak jauh selama pandemi. Menurut survei global kami, 62% perusahaan tidak memberitahu konsumen bahwa mereka mengizinkan kode pelacak dari layanan pihak ketiga pada website mereka, walaupun mayoritas mengklaim memiliki kebijakan privasi data konsumen yang mumpuni dan dijalankan dengan ketat. Bagi Zoho, solusi kami tidak menggunakan cookies dari pihak ketiga dan kami menggunakan cloud pribadi, hal ini dilakukan karena Zoho tidak pernah membocorkan data penggunaan kepada penyedia layanan cloud publik.
Apa Artinya bagi Dunia Bisnis?
Semakin lama para pembuat peraturan semakin sadar dan mengambil tindakan. Pemerintah di negara Eropa, India, dan di mana pun menuntut perubahan sejak mereka memahami bahwa model bisnis teknologi masa kini bergantung pada pelanggaran privasi konsumen. Dari banyak peraturan yang ada, GDPR di Uni Eropa dan PDPA di Singapura adalah beberapa contoh respon perundangan yang berlaku.
Semakin meningkat pula beban untuk melindungi privasi konsumen yang jatuh di pundak kalangan bisnis. Perusahaan kini wajib menjadikan privasi konsumen sebagai tanggung jawab mereka; tak hanya dikarenakan paksaan pemerintah, tapi juga karena ini adalah hal yang tepat untuk dilakukan demi konsumen mereka dan pada akhirnya juga demi perusahaan itu sendiri.
Mungkin Anda bertanya: Bagaimana cara perusahaan Anda membuat privasi menjadi tanggung jawab utama?
Langkah pertama adalah memeriksa proses pengumpulan data Anda. Adopsilah kebijakan untuk meminta informasi pengguna dalam jumlah paling kecil, kumpulkan hanya yang dibutuhkan bisnis. Misalnya, jika Anda hanya memerlukan data surel konsumen untuk melakukan transaksi, tak perlu meminta alamat rumah, nomor telepon, dan tanggal lahir juga.
Selanjutnya, jika Anda mengumpulkan informasi milik konsumen, beri tahu mereka informasi apa yang Anda miliki tentang mereka. Banyak orang kaget ketika menemukan jumlah informasi yang dikumpulkan media sosial dan perusahaan lain tentang mereka. Jadilah terbuka dan transparan dengan konsumen sehingga tidak ada kejutan di ujung jalan.
Perusahaan tidak seharusnya memperlakukan peraturan privasi data seperti GDPR sebagai biaya yang dikeluarkan untuk melakukan bisnis bagaikan proses audit yang membebani dan harus dipatuhi.
Berikut adalah analoginya. Dahulu perusahaan menyikapi peraturan lingkungan hidup di satu kawasan hanya dengan memindahkan operasional, atau limbah, ke kawasan lain yang memiliki peraturan lebih luwes dan mengotori lingkungan di kawasan selanjutnya. Praktek demikian tidak lagi dibolehkan: konsumen masa kini yang kritis tak akan mau menerima hal ini. Sama halnya dengan perusahaan yang ingin berhemat dalam melindungi privasi, atau menghargainya hanya jika diwajibkan, sudah sepatutnya perusahaan seperti ini dihindari. Kita hidup dalam ekonomi global dimana privasi bukan hal prerogatif milik negara-negara maju. Berikut ini beberapa langkah utama bagi perusahaan yang ingin memprioritaskan privasi:
- Ini saatnya untuk membuat kebijakan privasi baru. Dewasa ini, banyak kebijakan yang masih dibuat oleh pengacara dengan tujuan mengaburkan dan membuat bingung konsumen. Akibatnya, kebanyakan konsumen hanya mengeklik tombol “setuju” tanpa mengetahui apa yang mereka ketuk tersebut merugikan. Jangan jadi perusahaan dengan kebijakan privasi yang seperti ini.
- Buat kebijakan Anda dengan jelas dan sederhana sehingga anak SD pun tahu data apa yang Anda kumpulkan. Siapa tahu anak SD lah pengguna produk Anda sekarang, dan berpotensi menjadi penyokong Anda di masa depan.
- Periksa kebijakan privasi dari vendor utama Anda karena data Anda bisa aman jika vendor atau rekanan Anda juga aman.
- Terakhir, jika keamanan bisnis Anda terlanggar, segera beritahu pengguna bahwa data mereka terancam keamanannya. Konsumen zaman sekarang cenderung mengetahuinya dari media massa. Pengguna Anda berhak mengetahui kebenaran, dan mereka berhak mendengar beritanya langsung dari Anda, bukan dari linimasa media sosial.
Sebuah pendekatan privasi berakar dari landasan moril korporat. Ketika hal ini merupakan sebuah reaksi terhadap peraturan, maka praktek akan gagal. Konsumen menuntut pertanggungjawaban penuh, dan akan lebih memberikan penghargaan bagi perusahaan yang membuat privasi data sebagai prinsip utama strategi bisnis mereka.
Kualitas Apa yang Sebaiknya Anda Cari pada Penyedia Teknologi?
Dengan meningkatnya jumlah bisnis yang mencari vendor SaaS untuk mendapatkan solusi bisnis, penting untuk memastikan bahwa vendor Anda menghargai privasi data bisnis Anda. Di Zoho, melindungi privasi pengguna selalu menjadi bagian dari DNA kami sejak perusahaan ini berdiri 25 tahun yang lalu. Zoho tidak akan pernah menjual data pengguna atau menggerakkan iklan dengan melacak data mengguna. Zoho mampu membuktikan janji ini karena perusahaan kami memiliki aspek-aspek inti dari infrastruktur teknologi, dan tidak menggunakan cloud publik. Ini menjamin pihak ketiga tidak akan mampu melacak perilaku pengguna atau memiliki akses ke data pelanggan.
Ditulis oleh Gibu Mathew, VP & GM APAC, Zoho Corp.