MAJALAH ICT – Jakarta. Hari ini Fazz mengumumkan penunjukan dua eksekutif senior, Angus Kong sebagai Chief Technology Officer (CTO) dan Seong Per Lee sebagai Head of Data & AI. Penunjukan ini sejalan dengan rencana perusahaan untuk mendorong upaya inovasi dan efisiensi operasional untuk mengakselerasi akses keuangan di Asia Tenggara, wilayah dengan 70% dari populasi orang dewasa yang masih belum masih belum memperoleh akses terhadap layanan bank sepenuhnya (underbanked) kendati adanya percepatan digitalisasi selama pandemi.
Penunjukan tersebut diumumkan sejalan dengan rebranding perusahaan baru-baru ini sebagai Fazz, yang meliputi Fazz Agen, aplikasi keuangan berbasis agen yang melayani usaha mikro dan kecil di Indonesia, serta memberikan kemudahan akses pembayaran, pembelian grosir, dan permodalan yang merata; dan Fazz Business, akun bisnis yang membantu perusahaan dengan berbagai sekala di Asia Tenggara untuk membangun, menjalankan dan mengembangkan bisnis mereka di seluruh kawasan ini. Fazz awalnya dikenal sebagai Fazz Financial Group, penggabungan antara Payfazz asal Indonesia dan Xfers asal Singapura pada Maret 2021. Sebagai bagian dari rencana pertumbuhan perusahaan, Fazz hendak meningkatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan kemampuan Machine Learning Operations (MLOps) untuk memberikan layanan yang didukung dengan teknologi canggih bagi pengguna mereka. Penunjukan eksekutif senior ini, di mana keduanya membawa pengalaman global dan regional, akan membantu mempercepat proses pertumbuhan tersebut.
Dengan posisi barunya, Angus akan mengawasi data perusahaan dan strategi kecerdasan buatan, serta mengelola perkembangan tim teknologi perusahaan. Dengan pengalaman lebih dari 11 tahun dalam memimpin proyek terkait kecerdasan buatan, machine learning dan data science dari perusahaan-perusahaan ternama termasuk Appier dan Google, Angus memiliki tujuan utama Angus untuk memimpin transformasi produk-produk Fazz ke dalam ekosistem keuangan digital yang menyediakan akses keuangan bagi bisnis-bisnis dengan berbagai skala di Asia Tenggara. Beliau menggantikan CTO Fazz sebelumnya, Victor Liew, yang akan terus mendukung keamanan informasi dan inisiatif terhadap inovasi lainnya.
Sebelum bergabung dengan Fazz, Angus merupakan bagian dari tim Google AI, di mana beliau memimpin tim teknologi untuk model pemahaman bahasa alami (natural language model) dan meluncurkan Universal Sentence Encoder pada AI Hub Google. Kemudian, beliau juga mengembangkan tim data scientist di Tokopedia dari 20 menjadi 40 orang dan mendorong pembuatan beberapa aplikasi data science yang sukses seperti product image recognition, product review understanding, product recommendation dan lain-lain.
Sebagai Head of Data and AI, Seong Per akan mengoptimalkan model Data dan AI perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam penilaian kredit, otomatisasi proses peminjaman dan laporan pinjaman, serta memperkuat kemampuan deteksi penipuan. Memiliki semangat tinggi untuk menerapkan data science ke dalam berbagai wilayah, Seong Per mendedikasikan waktunya untuk membangun platform yang memungkinkan produksi model machine learning dalam skala besar – yang memungkinkan penggunaan solusi data science untuk memecahkan masalah di dunia nyata. Dengan posisi sebelumnya sebagai Data Science Senior Lead di Tokopedia, Seong Per bergabung dengan dunia teknologi dan startup setelah berkarir di sektor publik Singapura, di mana beliau berkontribusi dalam pengembangan kebijakan nasional, serta program universitas terkait inovasi dan kewirausahaan.
“Banyak bisnis di Indonesia dan di sekitar Asia Tenggara yang kesulitan untuk tumbuh akibat arus kas yang terbatas, sebab bank tradisional enggan untuk memberi pinjaman kepada mereka terkait kurangnya data kredit. Sejak bergabung dengan kami, Seong Per telah membantu meningkatkan credit scoring engine kami, dan melalui proses AI dan data science yang telah beliau kembangkan, kami berhasil menyalurkan pinjaman sebesar lebih dari 500 juta USD untuk bisnis-bisnis tersebut. Inilah komitmen kami untuk mengembangkan akses kredit dan membantu membangun kepercayaan hubungan yang lebih kuat antara pemberi pinjaman dan bisnis-bisnis yang belum memperoleh akses terhadap layanan keuangan sepenuhnya (underserved),” kata Hendra Kwik, Chief Executive Officer of Fazz.
Di Asia Tenggara, 67% ahli industri percaya bahwa akses terhadap layanan keuangan masih akan terbatas pada tahun 2025. Namun, dengan perkiraan pertumbuhan konsumen digital di Asia Tenggara menjadi 402 juta pada tahun 2027, di mana Indonesia memimpin pertumbuhan ini, Fazz berada di posisi strategis untuk membantu bisnis dengan berbagai skala dalam meningkatkan layanan digital mereka, sehingga memungkinkan mereka untuk memperoleh manfaat dari pertumbuhan tersebut.
Hendra berkomentar lebih lanjut, “Kami percaya diri bahwa kedua senior Fazz di bidang teknologi ini akan membantu kami membangun salah satu organisasi berbasis teknologi terbaik di kawasan ini, dengan memanfaatkan praktik terbaik dari organisasi teknologi terkemuka di dunia dari Silicon Valley. Secara khusus, dengan posisi sebelumnya sebagai pimpinan di Google, Angus akan memimpin pengembangan sistem operasi keuangan all-in-one untuk pengguna kami, yang mudah digunakan dan dapat diakses oleh semua bisnis di Asia Tenggara, mulai dari warung, startup, aset digital dan kripto, serta perusahaan-perusahaan dalam daftar Fortune 500. Pemanfaatan perkembangan terbaru dalam AI dan machine learning akan membantu bisnis-bisnis di kawasan ini, yang masih mengandalkan pemberi pinjaman dan institusi keuangan tradisional dengan cara yang konvensional untuk dapat memperoleh manfaat dari peluang yang ada dan tumbuh dengan potensi penuh mereka.”
Hingga saat ini, Fazz telah melayani lebih dari 12 juta pengguna (end-users) dan memiliki lebih dari 300,000 agen terdaftar di Indonesia dan Singapura. Perusahaan ini juga memegang lisensi terbesar di Asia Tenggara untuk e-money, penerimaan pembayaran, transfer, peminjaman, perbankan dan layanan kartu. Hingga kini, pelanggan Fazz tersebar di Singapura dan Indonesia, termasuk raksasa e-commerce, Blibli.com dan Bukalapak; perusahaan perbankan bisnis digital, Aspire; perusahaan software, PT Lingkar Niaga Solusindo (Sirclo); dan perusahaan logistik dan rantai pasokan B2B, Kargo Technologies.