MAJALAH ICT – Jakarta. Dengan menggunakan tenaga listrik pada armada taksinya, Jakarta dapat mengurangi emisi secara signifikan dan meningkatkan kualitas udara, seperti yang ditunjukkan oleh keberhasilan taksi listrik di kota-kota seluruh dunia. Salah satu contoh yang menonjol adalah Xanh SM di Vietnam, yang juga telah mengubah pandangan publik terhadap kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Jakarta sangat erat kaitannya dengan polusi udara, dan sering menempati peringkat di antara kota-kota yang paling tercemar di dunia. Faktanya, kota ini menduduki peringkat teratas dalam peringkat global IQAir sebagai kota yang paling tercemar di dunia pada bulan Juni tahun ini.
Polusi ini lebih dari sekadar gangguan, tetapi juga merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat. Agus Dwi Susanto, ketua Perhimpunan Respirologi Indonesia, menggambarkan hal ini sebagai “pembunuh senyap”. Penelitian dari Perhimpunan ini menunjukkan bahwa orang-orang yang bekerja di luar ruangan di Jakarta menghadapi risiko yang lebih tinggi terkena penyakit pernapasan karena buruknya kualitas udara di kota ini. Apa penyebab utamanya? Transportasi, yang bertanggung jawab terhadap 44% dari polusi udara di Jakarta.
Dengan emisi kendaraan bermotor yang mendominasi profil polusi di Jakarta, kota ini sangat memerlukan solusi transportasi yang lebih bersih. Di tengah krisis ini, taksi listrik menawarkan dua peluang: mengurangi emisi dan mengubah persepsi publik tentang mobilitas berkelanjutan.
Perjuangan Jakarta Melawan Emisi Kendaraan Bermotor
Mesin penggerak perekonomian Jakarta juga merupakan beban lingkungan terbesar yang terbesar baginya. Sekitar 24 juta kendaraan melintasi jalan raya kota tiap hari, mengeluarkan zat partikulat berbahaya dan nitrogen oksida ke udara.
Untuk mengatasi hal ini, Jakarta telah menerapkan beberapa tindakan agresif. Kini, ada dua zona emisi rendah (low-emission zone/LEZ) yang membatasi kendaraan emisi tinggi, mendorong penggunaan alternatif yang lebih bersih seperti mobil listrik. Aturan pelat nomor ganjil-genap makin memberi keuntungan bagi kendaraan listrik karena membebaskannya dari pembatasan lalu lintas. Selain itu, pengujian emisi untuk kendaraan tertentu menambahkan poin akuntabilitas lainnya. Namun, meskipun beberapa inisiatif ini penting, tetapi semua ini masih belum cukup untuk menyelesaikan masalah. Jalan ke depan yang paling menjanjikan terletak pada elektrifikasi transportasi.
Peran taksi listrik dalam menghasilkan udara yang lebih bersih sudah jelas. Di Guangzhou, Tiongkok, sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan dalam Environmental Science & Technology menemukan bahwa taksi listrik mengurangi zat partikulat hingga 34% dan nitrogen oksida hingga 51%. Sebuah analisis tahun 2024 lebih lanjut menunjukkan bahwa penggantian mobil berbahan bakar bensin dengan kendaraan listrik mengurangi emisi sebesar 8,72 kilogram CO₂ per kendaraan tiap bulan. Sementara itu, di Cambridge, Inggris Raya, elektrifikasi 10% dari armada Hackney Carriage menurunkan emisi NOx di pusat kota hingga 11%.
Selain mengurangi polusi, taksi listrik juga menjadi katalisator untuk kesadaran publik. Masing-masing unitnya menjadi papan iklan bergerak untuk keberlanjutan, menciptakan normalisasi penggunaan kendaraan listrik, dan mendorong individu lain untuk ikut menggunakannya. Dalam hal itu, armada taksi memiliki kemampuan unik untuk mempercepat transisi menuju transportasi berkelanjutan.
Pelajaran dari Xanh SM: Sebuah Cetak Biru untuk Jakarta
Taksi listrik bukan hanya sekadar solusi lokal; tetapi juga merupakan bagian dari gerakan global, dengan kota-kota besar di Amerika Utara dan Eropa yang sudah terlebih dahulu memulainya.
Secara regional, Jakarta bisa mengambil inspirasi dari keberhasilan Vietnam dalam transportasi hijau, yang dipelopori oleh Xanh SM, operator taksi listrik terbesar di negara tersebut. Sejak diluncurkan di Hanoi pada tahun 2023, Xanh SM telah berkembang di 56 dari 63 provinsi dan kota di Vietnam. Armadanya yang berjumlah hampir 100.000 kendaraan termasuk mobil listrik, skuter listrik, dan unit yang dioperasikan oleh mitra, telah melayani jutaan penumpang tiap hari. Secara kolektif, upaya ini telah memangkas 100.000 ton emisi CO₂ tiap tahun, setara dengan penyerapan karbon oleh 4,7 juta pohon.
Sebagai perusahaan transportasi hijau multiplatform yang pertama di dunia, Xanh SM juga berkomitmen untuk menjadikan kendaraan listrik agar lebih mudah diakses oleh masyarakat luas. Dengan menanamkan keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini meningkatkan kesadaran publik tentang kenyamanan, kecerdasan, dan manfaat dari segi lingkungan dari mobilitas hijau.
“Xanh SM dianggap sebagai penyedia utama dalam hal kualitas pelayanan, jangkauan, ukuran armada, dan kepuasan pelanggan, yang mengungguli pelayanan taksi tradisional dan berbasis teknologi,” menurut Mordor Intelligence. Keberhasilan ini menekankan pada kelayakan elektrifikasi skala besar, sebuah model yang dapat ditiru oleh Jakarta.
Memosisikan Jakarta sebagai Pemimpin Hijau
Upaya elektrifikasi Jakarta sudah berjalan, dengan inisiatif seperti bus listrik dan infrastruktur pengisian daya sebagai pembuka jalan. Namun, potensi pasar yang besar dan dukungan pemerintah membuat kota ini berada di posisi yang baik untuk meraih lebih banyak pencapaian. Taksi listrik, jika dikembangkan secara tepat, tidak hanya berpotensi mengurangi krisis polusi di Jakarta, tetapi juga menempatkan Indonesia sebagai pemimpin regional dalam transportasi berkelanjutan.
Transformasi ini memerlukan waktu, tetapi momentumnya sedang dibangun. Melalui kebijakan pemerintah, inovasi sektor swasta, dan keterlibatan publik, Jakarta bisa muncul sebagai kisah sukses global untuk mobilitas yang bersih.
Indonesia, dengan Jakarta di garis terdepan, menunjukkan kepemimpinan yang kuat dalam mendorong pertumbuhan berkelanjutan. Pendekatan ini tidak hanya menggarisbawahi dedikasi Indonesia untuk melindungi lingkungan. tetapi juga berfungsi sebagai ajakan yang menginspirasi bagi para pebisnis dan masyarakat untuk bersatu menuju masa depan yang lebih hijau.