MAJALAH ICT – Jakarta. Pertumbuhan game seluler semakin meningkat pesat, dan aplikasi mencakup 81% dari game digital di seluruh dunia. Pada tahun 2021, lebih dari seperempat penduduk diperkirakan akan menjadi gamer seluler aktif dan diestimasikan akan mengeluarkan lebih dari $180 miliar untuk game seluler. Tetapi pertumbuhan ini juga disertai dengan bertambahnya penipuan bot dalam aplikasi.
Pemain curang menggunakan bot – mesin yang menjalankan tugas repetitif di aplikasi atau situs web untuk otomatisasi gameplay sehingga mereka unggul dari pemain asli dengan cara yang curang. Pencarian Google atas istilah “bot untuk game seluler” menghasilkan lebih dari 79,5 juta hasil pencarian. Adjust merilis hasil survei terbaru yang menemukan bahwa 41% dari gamer seluler pernah membeli bot agar dapat menang dan rata-rata mengeluarkan $65. Penelitian tersebut mengkaji profil para pemain di Amerika Serikat serta dampak bot terhadap komunitas game dan perekonomian, seperti 31% responden mengatakan bahwa mereka selalu bermain melawan bot, 63% mengatakan bahwa bot berdampak negatif terhadap game, komunitas, dan perekonomian. Hampir tiga perempat (74%) dari responden yang mengatakan hal ini berasal dari Generasi Y dan 61% di antaranya bermain game setiap hari. 12% responden Generasi Z mengeluarkan $201+ untuk bot — jumlah terbesar di antara semua kohort generasi.
e-Marketer melaporkan bahwa mayoritas gamer seluler di Amerika Serikat adalah wanita; akan tetapi, hampir tiga perempat (72%) dari responden survei Adjust yang pernah menggunakan bot adalah pria dan hanya 28% adalah wanita. Hampir setengah (48%) dari responden survei Adjust, yang menggunakan bot, adalah pria dan 30% adalah wanita. Berdasarkan generasi, setengah dari pengguna bot game yang disurvei berasal dari Generasi Y atau Generasi X.72% responden yang pernah membeli bot adalah pria.
Selain itu, saat ditanya tentang pernyataan terkait bot yang berlaku bagi mereka, 39% responden mengatakan bahwa bot merusak game untuk pemain lainnya, 37% responden mengatakan bahwa penggunaan bot merupakan kecurangan, 27% responden mengatakan bahwa pemain seharusnya berhak menggunakan bot dan 28% responden mengatakan bahwa mereka kemungkinan akan menggunakan bot jika pemain lainnya juga melakukan hal serupa.
“Bot tidak hanya berdampak negatif terhadap pengalaman sosial dengan membuat persaingan menjadi tidak seru, tetapi juga secara fundamental merusak model bisnis dari game,” kata Yaron Oliker, CEO dan co-founder Unbotify, cybersecurity startup yang telah mendapatkan penghargaan dan diakuisisi oleh Adjust pada tahun 2019. “Pertama, Anda akan kehilangan pengguna yang paling bernilai, ini akan mengurangi pendapatan dan bahkan dapat merusak reputasi Anda. Kedua, pengguna yang membeli bot tidak akan melakukan pembelian dalam game, ini akan mengurangi pendapatan aplikasi.”
Indofun Games adalah penyedia game seluler terkemuka di Indonesia dan pengembang game yang sangat sukses, yakni Audistar Mobile dan Kaisar Langit – Rich and Famous, mereka selalu berupaya untuk selangkah lebih maju dari bot.
“Bot adalah tools berbahaya yang digunakan oleh jutaan pengguna dari seluruh dunia untuk melakukan kecurangan, agar dapat menang, dan juga untuk mendapatkan untung,” kata Jeason Wu, VP Game Publishing di Indofun Games. “Semakin menarik sebuah game, pemain semakin ingin menggunakan bot – kita perlu memastikan bahwa perilaku seperti ini tidak merusak sistem ekonomi.”
Unbotify adalah solusi yang sudah disesuaikan dan memanfaatkan user sensor data secara langsung dari smartphone untuk membangun model pembelajaran mesin berdasarkan perilaku pengguna asli. Dengan mempelajari cara pemain menggunakan aplikasi saat bermain, solusi ini dapat membedakan antara manusia dan bot, serta mengidentifikasi saat game dibajak oleh para penipu.