Search
Jumat 25 Oktober 2024
  • :
  • :

Biasa, BlackBerry Messenger Error Lagi

MAJALAH ICT – Jakarta. Hari ini banyak pengguna BlackBerry bertanya-tanya mengapa BBM yang dikirimkan kepada teman, sahabat, keluarga maupun pihak lain tida menampaknya terkirim maupun sudah terbaca. Usut  punya usut ternyata BBM kembali mengalami masalah.

Beberapa operator mengakui adanya problem dalam pengiriman BBM. Seperti dikatakan Henry Wijayanto, Manager Public Relations Corporate Communications XL Axiata. "Namun, pengguna Blackberry 10 hari ini tidak mengalami gangguan," kata Henry. AXIS melalui Anita Avanty juga mengakui hal yang sama. 

BB 10 memang berbeda dengan BB versi sebelumnya yang menggunakan BIS. BB menggunakan jaringan internet yang dimiliki operator sehingga tidak perlu ke KAnada., sementara dengan BIS semua koneksi harus ke Blackberry pusat lebih dulu. Belum jelas mengapa BBM untuk BlackBerry di bawah BB 10 mengalami masalah. Namun saat ini layanan sudah berangsur pulih. Walaupun sudah mulai normal, kejadian ini bukanlah kejadian pertama dalam sejarah kehadiran layanan BlackBerry di Indonesia. 

BlackBerry memang salah satu handset yang fenomenal dan begitu populer sejak 2008 hingga saat ini. Popularitasnya mengalahkan Nokia yang sebelumnya sangat menguasai pasar.

Namun, dibalik kemewahan dan popularitasnya, tersimpan problem yang begitu serus, yang cepat atau lambat bisa menghancurkan BlackBerry di pasar Indonesia, pasar yang selama ini membuat vendor asal Kanada itu bisa sedikit bernafas.

Problem dimaksud seperti:

1. Penerapan pre order bagi penjualannya oleh operator telekomunikasi adalah terlalu berlebihan, mengingat operator bukanlah pedagang ponsel, melainkan menyediakan jasa service. Berbeda dengan sebelumnya di mana BlackBerry belum memiliki mitra distributor, dengan adanya 3 distributor, maka seharusnya BlackBerry langsung menjual ke pasar seperti smartphone lainnya. Operator juga sebaiknya tak mengitimewakn BlackBerry karena setelah hilangnya BIS, maka BlackBerry tak lebih seperti ponsel biasa.

2. BlackBerry enggan mendirikan service center yang lengkap di Indonesia, seperti di Singapura. Padahal pasar Indonesia jauh lebih besar. Kalau ada pelanggan yang ingin memperbaiki BlackBerry-nya un sangat susah, dan bila pun bisa, akan sangat lama, minimal sebulan baru selesai.

3. BlackBerry tak mendirikan pabrik di Indonesia, malah membangunnya di Malaysia. Ini sangat mengherankan mengingat Indonesia justru meruakan pasar terbesar BB sehingga bila ada pabrik tentunya harga handset bisa ditekan.

4. BlackBerry menggunakan jaringan operator telekomunikasi tanpa memberikan bagi hasil yang wajar untuk operator di Indonesia. Tidak adanya Service Level Agreement (SLA) dengan pelanggan menjadikan operator lah yang akan menanggung bila ada komplain.