MAJALAH ICT – Jakarta. Setidaknya tiga operator akan segera memaksimalkan frekuensi yang dimiliki, terutama di frekuensi 900 MHz. Frekuensi yang diawal ini dialokasikan untuk 2G, dengan kebijakan pembukaan teknologi netral oleh pemerintah, maka frekuensi 900 MHz kini dapat juga dimanfaatkan untuk adopsi 4G LTE. Ini bukan tidak berimbas terhadap rencana pemerintah lainnya, menggelar lelang frekuensi yang diambil pemerintah dari penggabungan XL Axiata-AXIS Telecom Indonesia sebesar 10 MHz. Hingga saat ini, belum ada operator yang secara resmi bermaksud meminta dan menawar 10 MHz di rentang frekuensi 2,1 GHz. Tidak laku?
Menurut keterangan Direktur Jenderal Sumber Daya Pos dan Informatika M. Budi Setiawan, memang terjadi penundaan untuk lelang 4G LTE di 2,1 GHz. Hal ini karena fokus pemerintah saat ini adalah mengarah pada adopsi 4G. Apalagi, Menteri Komunikasi dan Informatika sendiri, Rudiantara, baru menjabat. "Kita tunda dulu lelang demi 4G, karena Menkominfo maunya begitu," kata Budi.
Mengenai kapan leang akan dilakukan, Budi mengatakan bahwa proses lelang akan mulai diumumkan lagi pada Januari 2015 mendatang. "Kemungkinan Januari 2015 kita mulai lagi pengumuman lelangnya," ungkap Budi.
Dari proses pengambilan frekuensi merger XL-AXIS, saat ini blok yang kosong adalah 11 dan 12. Hanya saja, kebersihan blok ini diragukan sepanjang PCS 1900 MHz yang ditempati PT Smart Telecom belum migrasi ke 2,3 GHz. Pasalnya, hantaman teknologi PCS 1900 MHz berbasis CDMA terhadap 3G begitu deras, sehingga downlink sinyal 3G dipotong oleh sinyal uplink PCS 1900 MHz yang tanpa filter. Akibatnya, sinyal 3G terpapar interferensi.
Pemerintah sendiri mendapatkan pendapatan lumayan besar saat lelang blok tambahan 3G terakhir pada awal 2013. Dari up front saja, pemerintah mendapatkan sekitar Rp. 1,1 triliun. Belum lagi biaya tahunannya yang harus dibayarkan Telkomel dan XL sebagai pemenang blok tambahan 3G ketiga saat itu.