MAJALAH ICT – Jakarta. Hubungan taksi konvensional serta angkutan perkotaan dan taksi online ternyata belum sepenuhnya adem dan normal, yang bahkan masih tetap memanas. Seperti yang terjadi di Makassar dan Bali. Pengemudi taksi online dikeroyok oleh pengemudi angkutan perkotaan dan taksi konvensional.
Seperti yang terjadi dengan Mustamin, salah seorang pengemudi Grab. Mustamin terkena sweepign sopir angkot, dan kunci mobil serta ponselnya sempat dirampas. Diceritakannya, dirinya dijebak oleh sopir angkot dimana sopir angkot seolah-olah sebagai penumpang dan memesan taksi online. Setelah tiba di tempat tujuan, justru driver taksi online ini dikeroyok. “Setelah saya tiba, tiba-tiba datang smeua mengeroyok. Ada yang ambil kunci dan ponsel hapeku,” ceritanya.
Untung saja, ada orang yang berteriak supaya dirinya dibebaskan. Meski saat itu, katanya, pengeroyok mengancam akan merusak mobil. “Padahal mobil saya ini rental,” ujarnya lagi.
Menurut Mustamin, selain dirinya, ada beberapa rekannya yang juga mengalami nasib serupa. Dan dirinya takut untuk segera narik lagi sampai kondisi normal. Hal ini tentu saja akan berimbas pada potensi pendapatannya yang hilang, karena dirinya bisa mendapatkan hingga 12 orang penumpang per harinya.
Di bali, sopir angkutan mobil Online Uber bernama Ida Kadek Anom, dikeroyok hingga nyaris tewas oleh sejumlah oknum yang diduga sopir taxi konvensional. Korban diduga mengambil penumpang di Ramada Encore Hotel, Kuta, Badung, Bali. Dalam laporan bernomor STPL/58/IV/2017/Bali/Rsta DPS/Kuta, diketahui bahwa kasus tersebut bermula ketika pengemudi taksi online ini menjemput tamu, kemudian tamu yang hendak naik ke mobil angkutan berbasis online jenis Avanza warna putih DK 708 AE itu justru diturunkan oleh oknum sekuriti hotel dan beberapa sopir taksi lokal karena ia tidak mampu membayar denda. “Sekuriti dan beberapa oknum sopir taksi lokal itu meminta membayar denda sebanyak Rp.500 ribu,” katanya.
Karena tidak memegang uang, pemilik mobil pun menganjurkan korban agar balik mengambil duit di rumahnya. Namun, saat pulang itulah sekuriti berteriak ke arah sopir-sopir taksi lokal bahwa saya akan melapor ke teman-teman. Teriakan itu membuat seluruh sopir taksi konvensional marah, mereka justru mengejar mobil yang sudah melaju dengan kecepatan rendah.
“Karena itulah saya digebuki hingga babak belur. Mobil dilempar dan dikepruk menggunakan batu dan kayu dari depan lobi hotel sampai jalan depan. Jadi mereka itu berlari kaki mengejar mobil saya dan saya dicegat di depan jalan umum. Saya ditarik keluar dan dipukul. Ada luka pukulan di sekujur tubuh, nafas sesak, sekarang masih jalani perawatan,” jelasnya. Kapolsek Kuta Kompol I Wayan Sumara membenarkan terkait masalah pengeroyokan tersebut.