MAJALAH ICT – Jakarta. Indonesia telah memasuki era baru Industri 4.0 yang ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi serta masyarakat, mesin, dan sumber daya lainnya yang semakin konvergen sebagai hasil dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Menteri Perindustrian Indonesia Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa implementasi Industri 4.0 bertujuan untuk mencapai aspirasi nasional, yang diharapkan akan membawa Indonesia untuk mencapai 10 negara dengan ekonomi terbesar pada tahun 2030, mengembalikan nilai ekspor bersih perindustrian menjadi 10 persen, dan mengalokasikan sebanyak 2% PDB untuk penelitian dan pengembangan serta bidang inovasi teknologi.
President Director Microsoft Indonesia Haris Izmee mengatakan,“Saya melihat diskusi mengenai potensi dampak Artificial Intelligence (AI) pada masyarakat telah menjadi perdebatan panas di antara pemimpin bisnis, pembuat kebijakan pemerintahan, akademisi, dan ahli industri di Asia. Faktanya, di Indonesia, AI menjadi salah satu dari lima teknologi utama untuk mendukung agenda nasional “Making Indonesia 4.0” yang menjadi kunci utama untuk bersaing di era Industri 4.0. Tidak dapat dipungkiri bahwa AI akan menghadirkan serangkaian tantangan sosial baru yang perlu dihadapi secara serius dan hati-hati, khususnya bagi semua organisasi untuk mengembangkan teknologi AI yang tidak melupakan norma dan etika untuk membangun kepercayaan para pelanggan dan stakeholder pada teknologi kecerdasan buatan (AI).”
Dapat dimengerti bahwa beberapa pengamat memandang pengembangan AI dengan kewaspadaan, kadang menggambarkan masa depan yang suram dengan banyaknya masyarakat yang akan menjadi pengangguran, akses AI tidak terdistribusi merata pada setiap penduduk dan kebebasan pribadi dan sipil yang semakin terancam oleh kebutuhan AI terhadap data yang terus-menerus. Namun, hal-hal tersebut sepatutnya tidak menutupi potensi-potensi besar yang ditawarkan AI bagi masyarakat.
Ada lima area kunci dimana Microsoft telah melihat pengembangan dan perkembangan yang luar biasa di Asia berkat AI. Pertama, aksesibilitas. Asia Pasifik saat ini merupakan rumah bagi 690 juta orang dengan disabilitas. AI dapat membantu orang-orang dengan keterbatasan pengelihatan, pendengaran, kognitif, dan mobilitas untuk melakukan pekerjaan harian secara independen, yang akan memberikan kehidupan yang lebih kaya dan produktif serta dapat lebih berpartisipasi dalam masyarakat
Sebagai contoh, Seeing AI merupakan aplikasi gratis yang memanfaatkan kemampuan AI untuk mengidentifikasi sederetan isyarat visual termasuk wajah, emosi, dan tulisan tangan. Data tersebut kemudian dikonversi menjadi deksripsi audio bagi orang dengan keterbatasan pengelihatan. Hal ini memungkinkan 285 juta orang di dunia dengan pengelihatan yang rendah untuk lebih mudah menjalani kehidupan sehari-hari mereka, membuat dunia visual lebih dapat diakses.
Di Indonesia, Microsoft telah mengembangkan Rinna, sebuah chatbot berbasis AI yang diposisikan sebagai teman baik pengguna LINE, sebagaimana fungsinya sebagai chatbot sosial dan dibangun menggunakan berbagai konten sosial dari internet. Dalam waktu dekat, teknologi Rinna juga akan dikembangkan untuk membantu pengusaha-pengusaha lokal di Indonesia meningkatkan produktivitas dan interaksi mereka dengan para penggunanya, menyediakan sebuah layanan yang lebih pintar dan pengalaman yang lebih baik.
Kemudian, agrikultur. Hari ini, Asia merupakan area dengan populasi terbesar di dunia dengan lebih dari 4,5 juta penduduk, hampir 60% dari populasi global, dan angka ini diperkirakan akan bertumbuh sebanyak lebih dari 5 juta pada tahun 2030. Hal ini memberikan sebuah tekanan pada tantangan rantai pasokan pangan yang sudah ada di daerah tersebut kecuali para petani dapat menemukan cara-cara baru untuk memenuhi permintaan, seperti memanfaatkan AI dan teknologi analitis untuk meningkatkan hasil tani mereka secara besar.
Di India, Microsoft telah bekerja sama dengan organisasi nirlaba International Crop Research Institute for Semi-Arid Tropics (ICRISAT), untuk mengembangkan sebuah Aplikasi AI untuk Menabur Benih yang mengirimkan arahan-arahan pada para petani mengenai tanggal yang tepat untuk menabur benih tanaman mereka, berdasarkan kondisi cuaca, tanah, dan ukuran lainnya.
Solusi tersebut memperkirakan periode optimal untuk masa menabur dengan menggunakan AI yang akan menganalisa data rekam jejak cuaca selama 30 tahun ke belakang dan menghitung kadar hujan dan kelembaban tanah menggunakan data dan model ramalan cuaca yang dengan waktu yang nyata. Selain itu, program tersebut membebaskan setiap petani dari biaya modal, seperti pemasangan sensor di lahan mereka, membuat program ini optimal untuk pasar-pasar mendatang.
Salah satu tantangan terbesar pada abad ke-21 ini adalah perubahan iklim, dan bagaimana hal tersebut mengancam kesehatan manusia, infrastruktur, dan sistem alam. Hal terbesar yang menyebabkan perubahan iklim adalah emisi karbon.
Di Microsoft, kami merasa bertanggung jawab untuk beroperasi dengan mempertimbangkan keberlanjutan dan mengurangi dampak lingkungan yang disebabkan bisnis kami. Salah satu cara kami untuk mencapai hal ini adalah dengan memanfaatkan AI untuk mengatur operasi dan infrastruktur pusat-pusat data kami. Hasilnya, lebih sedikit aliran listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan komputasi dan pendinginan pusat data kami. Faktanya, layanan awan kami 93% lebih hemat energi dan hampir 98% lebih sedikit karbon dari pusat data perusahaan tradisional.
Tak ketinggalan adalah pendidikan dan kesehatan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang mendasar untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah, dan kami sedang menggunakan kemampuan AI untuk meningkatkan pengalaman pendidikan bagi setiap pelajar dan meningkatkan hasil dalam sekolah.
Hal ini memungkinkan tenaga pengelola dan pendidik untuk secara dini menangani dan mengarahkan setiap pelajar yang memiliki resiko terbesar dengan program-program dan konseling supaya tidak dikeluarkan dari sekolah. Aplikasi ini telah digunakan dan menunjukkan hasil yang baik oleh lebih dari 10.000 sekolah di Andhra Pradesh, mencakup lebih dari lima juta pelajar di 2017.
Teknologi AI memiliki potensi untuk membantu penyedia layanan kesehatan dalam tugasnya untuk mengatasi beberapa penyakit yang paling banyak kita temui hari ini, serta meningkatkan kualitas kehidupan bagi masyarakat Asia yang terus bertumbuh.
Di India, Microsoft berkolaborasi dengan salah satu organisasi kesehatan terbesar di negara tersebut, Apollo Hospitals, untuk mengembangkan jaringan yang bertumpu pada AI yang berupaya untuk mengatasi penyakit jantung, yang merupakan penyebab sepertiga kematian di seluruh dunia. Di India saja, hampir tiga juta kasus serangan jantung terjadi setiap tahunnya, dan diperkirakan 30 juta masyarakat India menderita penyakit jantung coroner.
Dengan menyatukan keahlian AI Microsoft dan pengalaman Apollo Hospitals serta pengetahuan dalam bidang kardiologi, kemitraan ini bertujuan untuk mengembangkan model-model pembelajaran mesin terbaru untuk memprediksi resiko penyakit jantung pada pasien dan membantu dokter membuat perencanaan pengobatannya.
“Hal-hal tersebut adalah beberapa manfaat yang diberikan AI bagi kehidupan kita, meskipun kita masih pada tahapan awal pengembangannya. Cerita tentang AI kini masih berlanjut, dan saya yakin bahwa bab-bab yang kita baca akan didukung dengan anekdot yang positif dan berdampak. Lagipula dengan AI, kami tidak hanya memperkuat kecerdasan manusia, tetapi juga kualitas yang menjadikan kita sebagai manusia seutuhnya: Kepedulian kita. Keingintahuan kita. Keinginan kita bersama untuk menciptakan hari esok yang lebih baik,” tutup Haris.