MAJALAH ICT – Jakarta. Kemajuan teknologi informasi dan internet memang menjadikan hidup kita menjadi mudah. Kemudahan itu didapat manakala kita tak perlu mengirimkan surat kepada kolega atau keluarga, cukup pesan email, yang bisa dilengkapi gambar atau video.
Internet memang membuat pekerjaan jadi mudah, meningkatkan efisiensi waktu dan biaya. Bahkan sehari saja tanpa Internet, manusia seperti hidup di hutan belantara, yang tak mengenal dunia luar, perkembangan terkini daerah lain, dan sebagainya.
Namun, isu penyadapan benar-benar menghentak pengguna Internet, terutama mereka yang datang dari kalangan ‘orang penting’ seperti pejabat negara, petinggi perusahaan, kalangan organisasi rahasia, dan petinggi organisai internasional.
Bagi kalangan orang biasa mungkin isu penyadapan tak begitu dipandang serius, mengingat, siapalah saya, hingga datanya disadap dan dijadikan rumusan atau bahan rapat ahli dan pejabat keamanan negara adidaya.
Apalagi, banyak kalangan dari orang biasa yang sering menggunakan media sosial seperti Facebook, twitter, dan lainnya. Sedangkan dari kalangan orang penting, boleh-boleh saja menggunakan ocial media asalkan hanya untuk having fun dan bukan untuk hal-hal yang serius.
Dalam tataran yang lebih luas, udah saatnya Indoneia mewujudkan kemandirian INternet, seperti China dengan BING-nya. China berani memblokir Facebook karena telah memiliki alternatif lain buatan negeri endiri, di mana servre dan datacenter emua berada di negeri tersebut.
Indonesia banyak dipenuhi pakar-pakar INternet kelas dunia, bahkan beberapa diantaranya tercatat sebagai penemu aplikasi populer saat ini. Siapa tak kenal Izack Jenie, penemu VoIP, Onno W. Purbo, yang telah membangun infrastruktur Internet di sejumlah negara, Johar Alam, pelopor pertukaran Internet bersama Barry Greene, Budi Rahardjo, yang namanya sudah sangat dikenal di ICANN, dan maih banyak lagi.
Sudah saatnya Indonesia membut infratruktur Internet sendiri yang diperkaya dengan konten aplikasi lokal, sehingga tak perlu lagi menginduk ke Amerika Serikat. Bisakah kita?