MAJALAH ICT – Jakarta. Transformasi digital kini menjadi prioritas utama di berbagai organisasi. Lebih dari sekadar tren, transformasi digital membantu bisnis menjadi lebih efisien, berorientasi pelanggan, dan kompetitif. Langkah ini juga menjadi pondasi untuk membangun pengalaman pelanggan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional, dan memaksimalkan model bisnis.
Menurut Arun Kumar, Direktur Regional Asia-Pasifik ManageEngine, “Transformasi digital tidak hanya tentang teknologi. Ini adalah perubahan fundamental dalam cara organisasi bekerja, baik secara internal maupun dalam hubungan dengan pelanggan. Perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan ini berisiko tertinggal dalam persaingan.”
Apa itu Transformasi Digital? Secara sederhana, transformasi digital adalah proses integrasi teknologi digital ke dalam setiap aspek bisnis. Transformasi ini tidak hanya mencakup adopsi alat baru, namun juga melibatkan perubahan budaya dan struktur organisasi yang membantu perusahaan menjadi lebih responsif, sederhana, dan inovatif. Selain itu, penerapan teknologi seperti big data, komputasi awan, kecerdasan buatan (AI), dan pembelajaran mesin memungkinkan perusahaan mengoptimalkan operasi dan merespons kebutuhan pelanggan dengan cepat.
Indonesia sendiri telah menetapkan target ambisius untuk mencapai pertumbuhan ekonomi digital sebesar 3,17% hingga 4,66% selama 2020–2024. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, inisiatif Making Indonesia 4.0 mendorong digitalisasi dalam upaya meningkatkan efisiensi dan menambah nilai di sektor industri.
Dalam transformasi digital, sektor swasta bersama pemerintah berperan penting. Berbagai perusahaan besar di Indonesia telah memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan layanan dan inovasi produk mereka. Arun menyoroti pentingnya langkah ini, “Dengan memanfaatkan teknologi digital, perusahaan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif mereka.”
Beberapa contoh penerapan transformasi digital di Indonesia antara lain Gojek yang dimulai sebagai platform pemesanan ojek, kini berkembang menjadi aplikasi super yang menawarkan berbagai layanan. Traveloka awalnya hanya sebagai platform pemesanan tiket, kini bertransformasi menjadi penyedia solusi gaya hidup. Bank Mandiri telah mengadopsi layanan digital canggih yang meningkatkan kepuasan nasabah. Tokopedia, yang kini bergabung dalam ekosistem GoTo, memanfaatkan otomatisasi dan teknologi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan pengalaman pengguna.
Meski transformasi digital menawarkan banyak keuntungan, tantangan tetap ada. Salah satu hambatan utama adalah kesenjangan antara teknologi yang terus berkembang dan kemampuan sumber daya manusia untuk mengikutinya. “Kesenjangan keterampilan antara kemajuan teknologi dan tim internal sering kali menjadi kendala bagi perusahaan,” jelas Arun. Selain itu, kurangnya komunikasi antara tim teknologi informasi (TI) dan unit bisnis sering kali memperlambat proses transformasi.
Untuk mengatasi ini, perusahaan harus berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Menurut Arun, “Mengembangkan kapasitas tim dan mendorong kolaborasi antara departemen bisnis dan TI akan mempercepat proses transformasi.”
Peningkatan kapasitas warga adalah pendekatan yang kini semakin populer dalam transformasi digital. Metode ini memungkinkan karyawan non-TI untuk membangun aplikasi perangkat lunak menggunakan platform low-code atau no-code. “Peningkatan kapasitas warga memungkinkan karyawan tanpa latar belakang teknis untuk terlibat langsung dalam inovasi, sehingga mempercepat proses transformasi,” ujar Arun.
Platform low-code memudahkan pengguna untuk membangun aplikasi dengan sistem visual drag-and-drop, sehingga menghemat waktu dan biaya. Peningkatan kapasitas warga juga membantu mendorong kolaborasi di seluruh departemen, memicu kreativitas, dan memungkinkan karyawan untuk menyelesaikan tantangan bisnis dengan cepat.
Manfaat Peningkatan Kapasitas Warga dalam Transformasi Digital, yaitu Pengembangan Aplikasi Cepat: Karyawan dapat membangun aplikasi dengan cepat menggunakan platform low-code, mempercepat proses transformasi digital. Penghematan Biaya dan Waktu: Dengan metode ini, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk pengembang eksternal, sehingga lebih hemat biaya.
Kolaborasi dan Inovasi Lebih Lanjut: Mendorong kerja sama antara berbagai tim sehingga meningkatkan kreativitas dan inovasi. Peningkatan Efisiensi Operasional: Alur kerja lebih sederhana dan tugas otomatisasi mengurangi tekanan pada tim TI. Mengurangi Risiko IT Bayangan: Penggunaan perangkat lunak yang disetujui oleh tim TI mencegah risiko keamanan akibat IT bayangan.
Arun menekankan bahwa, “Dengan memberikan akses kepada karyawan untuk menggunakan teknologi inovatif, perusahaan dapat mempercepat transformasi dan memberikan nilai lebih kepada pelanggan mereka.” Peningkatan kapasitas warga memberdayakan karyawan di berbagai departemen untuk mengembangkan aplikasi sesuai kebutuhan bisnis, meningkatkan efektivitas operasional, dan menurunkan biaya.
Dengan perkembangan teknologi yang pesat dan kebutuhan yang terus meningkat akan inovasi, penerapan transformasi digital yang inklusif ini menjadi langkah penting. “Di era digital saat ini, hanya perusahaan yang berani berinovasi dan mendukung peningkatan kapasitas karyawan yang akan memenangkan persaingan,” tutup Arun.
Transformasi digital bukan hanya tentang adopsi teknologi tetapi juga perubahan budaya dan proses. Melalui pendekatan seperti peningkatan kapasitas warga, perusahaan tidak hanya mempercepat inovasi tetapi juga memberdayakan karyawan untuk berkontribusi dalam mencapai tujuan organisasi. Di Indonesia, baik pemerintah maupun sektor swasta menunjukkan komitmen mereka dalam transformasi ini. Namun, agar sukses, perusahaan harus terus beradaptasi dengan perubahan teknologi sambil membangun kapasitas sumber daya manusia untuk memanfaatkannya secara optimal.