MAJALAH ICT – Jakarta. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengklaim bahwa terjaid penurunan berita bohong alias hoax pada putara kedua Pilkada DKI Jakarta. Demikian disampaikan Chief RA di acara Deklarasi Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), di Jakarta.
Menurut Rudiantara, terjadinya penurunan jumlah berita palsu ini menujukkan masyarakat makin kritis menanggapi berita-berita yang tidak jelas sumbernya. “Alhamdulillah, dari sisi kuantitas hoax jauh menurun dibandingkan saat Pilkada DKI Jakarta putaran pertama,” klaimnya.
Dalam kesempatan itu pula, Rudiantara meyakini bahwa pelaksanan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua akan berjalan dengan aman dan nyaman, apalagi dengan dukungan 60 ribu personel keamanan. Jumlah TPS-nya (Tempat Pemungutan Suara) juga lebih kecil dibandingkan personel gabungan tersebut. Harusnya kita merasa aman dan nyaman, tidak usah merasa khawatir,” harap Rudiantara.
Berbeda dengan Sang Menteri, beberapa hari lalu Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Niken Widiastuti mengatakan hoax dapat mengaduk emosi sehingga membuat masyarakat cemas. Ada indikasi hoax kian merajalela, sehingga masyarakat diajak berjihad perangi hoax.
Salah satu hoax yang berdampak buruk adalah kasus di daerah ada orang meninggal kecelakaan tunggal, namun tersebar isu di media sosial bahwa orang tersebut dibunuh tetangga desanya. “Karena tanpa tabayyun akhirnya terjadi kerusuhan. 142 rumah di desa tetangga hancur rusak diserang warga. Mari semua pihak bergandeng tangan, jihad melawan hoax,” kata Niken dalam Acara Temu Konsultasi Pengelola Media Direktorat Penerangan Agama Islam, Ditjen Bimas Islam, Kementerian Agama di Jakarta.
Dirjen Niken menambahkan di era digital saat ini ada pola komunikasi khusus dengan model 10:90 artinya 10 persen orang memproduksi hoax kemudian 90 persen sisanya tanpa disuruh ikut menyebarkan hoax. “Orang ingin cepat-cepat. Memanipulasi berita, foto seolah-olah baru. Memproduksi kecemasan dengan berbagai cara,” kata Niken.
Niken mengharapkan semua pihak, termasuk pengelola media untuk melakukan penyaringan sebelum “sharing” informasi. “Salah satunya dengan melakukan fact checking, klarifikasi atau tabayyun,” katanya.
Dirjen IKP memaparkan data pengguna internet di Indonesia. Menurutnya saat ini sekira 106 juta jiwa dari 262 juta jiwa penduduk aktif menggunakan internet. “Bahkan pengguna gawai di Indonesia sekira 371 juta, artinya satu orang lebih bisa lebih dari satu gawai. Sekitar 142 persen lebih jumlah gawai dari total penduduk, artinya informasi beredar sangat cepat tanpa diundang menyerang semuanya pemilik gawai,” papar Dirjen IKP di depan perwakilan media televisi, cetak, online, dan organisasi masyarakat.
Menurut Niken saat ini semakin banyak konten negatif berupa ujaran kebencian, kekerasan, pornografi, sinisme, perang ideologi negara, konsumerisme, pesimis, dan narsis. ” Semua konten itu dapat mencuci otak sebagian masyarakat. Oleh karena itu, Kemkominfo telah memblokir sekira 775 ribu website terkait pornografi, SARA, penipuan, dan radikalisme,” terang Niken.
Menghadapi semua itu, Dirjen Niken mengajak semua pihak memerangi hoax. “Baik eksekutif, legislatif, tokoh agama, generasi muda dengan memperbanyak literasi media melawan hoax. Apa yang bisa dishare supaya ikut menangkal hal negatif bisa lebih positif. Dalam hitungan hitungan detik, menit hoax beredar luar biasa. Maka anak-anak muda memproduksi konten positif. Konten yang membentuk opini optimistis, penyebaran informasi, klarifikasi isu, memupuk nasionalisme bangsa,” harapnya.