Search
Sabtu 22 Maret 2025
  • :
  • :

Museum Penerangan Kementerian Komdigi Simpan Banyak Arsip Perjalanan Film Indonesia

MAJALAH ICT – Jakarta. Film adalah bagian penting dari sejarah penyebaran informasi di Indonesia. Museum Penerangan Kementerian Komunikasi dan Digital  memiliki banyak koleksi dan arsip yang terkait dengan perjalanan film di Indonesia, termasuk kontribusi perempuan seperti Ratna Asmara, artis dan sutradara film tahun 1950-an.

Kepala Museum Penerangan Abdullah menyatakan lewat Muspen Talk 2025, Kementerian Komdigi berupaya mengangkat kembali nilai-nilai inspiratif dari masa lalu untuk generasi muda agar berkarya di dunia perfilman.

“Muspen Talk bukan sekadar acara, tetapi juga wujud komitmen kami untuk terus melibatkan masyarakat, khususnya generasi muda, dalam mengenal sejarah dan memperkuat literasi media salah satunya film,” jelasnya dalam  Muspen Talk “Behind the Lens: Ratna Asmara, Sutradara Perempuan Pertama” di Museum Penerangan, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.

Menurut Abdullah, Muspen Talk menjadi program rutin sebagai ruang edukasi dan diskusi publik. Tahun ini, pertama kalinya digelar edisi spesial dalam rangka memperingati Hari Film Nasional dan Hari Perempuan Internasional.

“Kami ingin melihat generasi muda dan komunitas perfilman terinspirasi oleh sosok Ratna Asmara. Semoga semangatnya dapat mendorong mereka untuk terus berkarya,” ungkapnya.

Sutradara film dokumenter “Merangkai Ratna Asmara”, Ersya Ruswandono menyatakan Ratna Asmara merupakan sosok legendaris di balik sejarah perfilman Indonesia.

“Film ini menyelami perjalanan hidup Ratna Asmara sekaligus mengupas peran pentingnya dalam membangun fondasi sinema nasional,” ungkapnya.

Ersya mengapresiasi Museum Penerangan yang  menghadirkan lebih banyak program edukasi dengan mengupas sejarah perfilman Indonesia dan literasi media.

“Sehingga menjadikan museum ini sebagai pusat pembelajaran dan inspirasi bagi berbagai kalangan masyarakat,” ujarnya.

Peneliti Sejarah Film Umi Lestari menyatakan keberadaan Ratna Asmara sebagai sutradara perempuan pertama di Indonesia seperti tidak terlihat dalam arsip dan catatan sejarah. Padahal ada banyak kisah inspiratif dari sutradara perempuan pertama Indonesia yang menembus batasan di industri film.

“Nama aslinya Suratna, kelahiran Sawahlunto, Sumatra Barat. Pada tahun 1950-an ia menyutradarai setidaknya empat film. Salah satunya  film “Dr. Samsi” yang menegaskan kemampuannya sebagai pelopor di industri film yang saat itu didominasi oleh laki-laki,” jelasnya.

Umi Lestari yang berasal dari Kelas Liarsip, Kelompok Belajar Arsip Film dan Sejarah Perempuan menilai arti penting pengarsipan dalam menjaga warisan budaya sinema.

“Diskusi ini menjadi peluang yang baik bagi generasi muda untuk makin mengenal peran dan kiprah perempuan dalam perfilman nasional,” tuturnya.

Muspen Talk dihadiri 50 orang peserta, termasuk pelajar, komunitas perfilman, dan masyarakat umum. Siswa SMAN 48 Jakarta yang aktif di ekstrakurikuler perfilman, Navina Ayu menyatakan minat untuk mendalami sejarah film dan mencoba memproduksi film pendek sendiri.

“Saya sangat terinspirasi. Diskusi ini membuka wawasan saya tentang sejarah perempuan di dunia film, terutama sosok Ratna Asmara,” ungkapnya.

Dalam rangkaian acara, Tim Kampanye Lomba Film Pendek Bahari on Screen (BOS) 2025 Museum Bahari dan Indonesia Hidden Heritage Creative Hub (IHHCH) mengumumkan ajakan untuk mengikuti kompetisi film.

“Semoga banyak peserta yang tertarik terjun langsung ke dunia produksi film. BOS adalah kesempatan bagus untuk menyalurkan bakat, juga memperluas wawasan dan jejaring mereka,” ujar Director of Event IHHCH, Bimo.




    Thanks for sharing!
    Copy Link