Search
Minggu 27 Oktober 2024
  • :
  • :

Sektor TIK Indonesia Tumbuh Tinggi di Kawasan Asia Tenggara

MAJALAH ICT – Jakarta. Perusahaan di seluruh dunia saat ini sedang menuju ke jalur digitalisasi yang cepat dengan fokus pada kemampuan mereka untuk menjadi fleksibel dan gesit dengan pengembangan aplikasi yang skalabel dengan terus mengadopsi kemampuan cloud. Sebelum pandemi, banyak perusahaan sudah memulai perjalanan transformasi digital mereka.

“Pandemi mempercepat proses ini karena toko ditutup, perjalanan terhambat, dan interaksi tatap muka terhenti. Transaksi ekonomi harus dilakukan secara digital dan jarak jauh. Perubahan dalam dinamika pasar ini memberikan tekanan besar pada perusahaan untuk mendigitalkan infrastruktur perusahaan secara praktis dalam semalam. Teknologi lama menjadi berlebihan dan tidak lagi mampu mendukung tuntutan baru ini. Pindah ke cloud menjadi pilihan yang jelas karena gesit, sesuai permintaan, dan skalabel,” ungkap Stuart Fisher, Regional Vice President, Asia Pacific and Japan, Couchbase saat dihubungi (24/3).

Laporan Gartner menyebutkan terdapat tiga hambatan untuk migrasi cloud. Pertama adalah ukuran aplikasi. Memigrasikan aplikasi yang lebih besar dari 6 TB pada satu mesin virtual (VM) tetap menjadi tantangan bagi organisasi menengah meskipun ada kemajuan dalam VM yang memungkinkan pemimpin infrastruktur dan operasi (I&O) untuk beralih ke cloud.

Hambatan kedua adalah bahwa para pemimpin I&O telah ditugaskan untuk mengelola portofolio yang sangat besar yang tidak dirancang untuk beroperasi di cloud, membuat mereka harus melakukan pengerjaan ulang dan pembangunan kembali. Sedangkan hambatan ketiga adalah kesenjangan keterampilan karena strategi migrasi cloud saat ini lebih condong ke arah “pengangkatan dan-pergeseran”, yang tidak memerlukan keterampilan cloud asli. Ada kekurangan cloud yang terampil profesional yang melakukan pekerjaan menuju modernisasi karena penyedia layanan tidak dapat melatih dan mensertifikasi orang dengan cukup cepat, mengakibatkan penundaan dua tahun (atau lebih lama) bagi organisasi TI perusahaan untuk bermigrasi ke cloud.

“Perusahaan yang gagal beradaptasi secara alami akan tertinggal dari kompetitor yang menyadari pentingnya hal ini dan mempercepat transformasi digital mereka. Lebih jauh lagi, mereka mungkin tidak hanya berjuang untuk berkompetisi tetapi juga berjuang untuk tetap relevan.”

Menurut Stuart, tiga kemampuan teknologi baru yang harus diprioritaskan oleh perusahaan adalah pengumpulan data, analisis data dan menggunakan temuan yang diperoleh dari data dalam pengambilan keputusan strategis.

“Kita hidup di dunia yang didorong oleh data, dan memanfaatkan data untuk mendukung keputusan penting dan strategis telah menjadi praktek bisnis yang diperlukan. Perusahaan yang mengumpulkan, menganalisis, dan memanfaatkan data untuk investasi dan strategi operasional mereka adalah yang akan tetap terdepan dalam kompetisi. Menerapkan serangkaian alat dan program analitik data yang memanfaatkan pembelajaran mesin, kecerdasan buatan, dan pembelajaran mendalam, memungkinkan komputasi daya yang dapat diterapkan pada data mentah yang perlu dianalisis. Memanfaatkan kemampuan ini adalah satu-satunya cara maju untuk membekali para pemimpin dengan data yang tepat untuk membantu dalam membuat keputusan strategis bagi organisasi mereka.”

Indonesia, tambahnya, merupakan salah satu negara yang memiliki pertumbuhan tertinggi dalam hal kemampuan TIK diwilayah Asia Tenggara. Menurut Badan Kebijakan Fiskal (BKF), sektor TIK diharapkan dapat memimpin pertumbuhan perekonomian di Indonesia pada tahun 2022. Penyerapan dan investasi di Indonesia yang mendukung kemajuan teknologi ini merupakan buktinya.

“Indonesia memiliki beberapa perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia serta perbankan dan sektor keuangan yang kuat. Dengan jumlah pengguna yang besar saja di semua platform, telah menciptakan banyak potensi dan menjadikan Indonesia pasar utama di kawasan ini,” tutupnya.