MAJALAH ICT – Jakarta. Twitter menjadi media yang kini kerap dipakai untuk berkomunikasi, menyampaikan keluh kesah, kritik bahkan agitasi dna propaganda. Tidak mengherankan informasi hoax pun mengemuka untuk mempengaruhi pendapat orang lain, menjelekkan kelompok lain, apalagi dalam pertarungan seperti Pilkada di DKI Jakarta. Dan di balik keinginan mempengaruhi tersebut, ternyata ada 48 juta akun Twitter yang disinyalir abal-abal.
Demikian laporan terbaru yang dirilis oleh University of Southern California dan Indiana University. Disebutkan, hingga 48 juta dari total 319 juta akun Twitter merupakan bot dan tidak dioperasikan langsung oleh manusia. Menruut laporan yang disampaikan, angka tersebut merepresentasikan 15 persen dari total pengguna yang terdaftar di Twitter. Jumlah pengguna bot ini meningkat dua kali lipat jika dibandingkan dengan laporan yang diumumkan Twitter pada 2014 lalu dimana ketika itu, akun bot diestimasi mencapai sekitar 5 hingga 8,5 persen.
Selain isu provokasi di media sosial, dilaporkan bahwa akun bot ini menjadi berita utama selama masa pemilihan presiden Amerika Serikat tahun lalu. University of Southern California kala itu melaporkan bahwa 19 persen dari kicauan terkait pemilu berasal dari akun yang dioperasikan oleh bot. Tentu saja informasi cukup menggelisahkan mengingat sekitar 24 persen masyarakat pada usia dewasa di Amerika Serikat menggunakan Twitter dan sebesar 86 persen pengguna Twitter global dilaporkan mencari informasi melalui platform ini.
Akun abal-abal yang dikendalikan bot ini disinyalir berdampak langsung pada keputusan yang diambil oleh masyarakat. Karena itu, masyarakat disarankan untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan politik berdasarkan informasi yang didapatkan dari media sosial.